Menuju Akad dan Walimatul 'Ursy - Deikha's Vers.

by - 9:25 AM





Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Hai para pembaca setia blognya nida (p e m b a c a) haha. Perkenalkan saya Deikha. Tulisan ini disusun 19 Mei 2019 (H-48  menuju akad nikah dengan pemilik blog ini, insyaaAllah aamiin allahumma aamiin). Dan baru terbit setelah kami halal. *Re: (penulis = pemilik blog ini = calon istri)
Seperti postingan sebelumnya penulis sharing pengalaman mengenai persiapan menuju pernikahan. Jadi sebelum postingan itu terbit, penulis meminta izin unuk berbagi persiapan ini di blog miliknya. Eh terus penulis menawarkan saya untuk berbagi juga di blog nya. Baiklah, dengan senang hati saya juga akan berbagi persiapan menuju pernikahan dari persepsi laki-laki. Tapi omat yaa, niatnya sharing berbagi pengalaman, jangan baper ataupun hasad. Semoga tulisan ini bisa membantu teman-teman yang akan atau berniat untuk menikah. Markimul, mari kita mulai.

Hari Jum’at, hari pertama saya ketemu penulis. Jadi singkat cerita kami bertemu di kantor tempat saya bekerja dan penulis PKL di tempat saya, meskipun beda department. Hari itu seperti biasa kami ada senam singkat seluruh deparment, kalau ada orang baru, sudah otomatis akan diminta mengenalkan dirinya di hadapan puluhan orang. Termasuk penulis. Daan ternyata satu almamater di politeknik haha. Kami bertemu hanya berpapasan dan ngobrol seperlunya tapi sebagai kakak tingkat yang baik, wajib dong menanyakan kabar dan membantu adik kelasnya. Jadi kalau ketemu yang ditanya adalah “gimana pklnya betah” “pkl sampai kapan, ada kesulitan ga”, ya pokoknya ngobrol seputar pkl, kuliah dan pekerjaan. Sampai akhirnya penulis selesai PKL nya dan ga ketemu lagi….


Entah kenapa jadi kepikiran, akhirnya setelah sempet follow di Instagram sejak penulis pkl, H+3 lebaran penulis bikin survey gitu, ngasih pertanyaan beli buku online yang bagus dimana, kemudian saya jawab dan kami berlanjut ngobrol-ngobrol di direct message IG. Singkat cerita saya cerita ke mama kalau ada perempuan baik yang ingin saya nikahi, setelah cerita mama pun kaget. Belum kenal, ngobrol pun jarang, mau ngajak nikah. Apa ga kaget nanti perempuannya? Haha. Akhirnya mama minta saya untuk mengenal dulu perempuan dan keluarganya. Ko bisa saya seyakin itu sama penulis? Waktu PKL, kita selalu papasan di mushola. Buat saya, selama seseorang bisa sholat tepat pada waktunya, itu sudah menunjukan ketaatannya sama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi … ko bisa seyakin itu hanya karena lihat sholat tepat waktu? Kalau kita bisa yakin dan percaya kalau dia baik, insyaaAllah dia akan baik, terlepas jika dalam waktunya ternyata dia punya kebiasaan yang kurang baik, kita akan menerima pilihan itu.

Sampai akhirnya saya putuskan untuk istikharah dan menyampaikan niat baik saya sesegera mungkin. Dengan segenap tenaga dan keberanian saya sampaikan melalui direct message di instagram, cemen bet ya haha. Takut? Pasti. Tapi kalau ga disampaikan sesegera mungkin, takutnya malah jadi beda persepsi, dan malah jadi abang-abang gombal kan bahaya. Sabtu Shubuh, 18 Agustus 2018 akhirnya saya sampaikan niat baik ke penulis. Bermodalkan laa haula walaa quwwata illa billah, saya pasrahkan apapun jawabannya. Sampai kurang lebih 2 minggu penulis ngasih jawabannya dan minta ke rumah untuk ketemu orang tua. Pertanyaan yang sama, takut? Pasti. Entah apa yang mau diobrolin, apa yang mau ditanya sama orang tuanya, takut tiba-tiba salah jawab. Sepanjang jalan menuju rumah terus dzikir, minta dimudahkan lisannya sama Allah. Sempet dapet pesan dari teman dekat saya “jadi diri sendiri aja, jangan dilebih-lebihkan jangan dikurang-kurangkan, nanti kamu sendiri yang akan pusing”. Alhamdulillah pertemuan berjalan lancar. Setelah itu ikut wisuda penulis, ketemu keluarga besarnya, sampai saya ajak mama ketemu penulis dan keluarganya. Kemudian kami memutuskan untuk khitbah di 16 Desember 2018.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebelum khitbah, kami sepakat untuk diskusi mengenai visi misi, keuangan pra nikah, dan  budgeting untuk akad dan walimah. Ko ribet ya mesti diskusi segala? Nikah ya nikah aja kan, untuk apa visi misi? Untuk apa keuangan pra nikah? Bukannya cukup dengan “uang istri adalah uang istri, uang suami adalah uang istri”?

Itulah pentingnya ilmu teman-teman. Alhamdulillah dari awal kami sepakat dalam banyak hal, kami selalu sharing dari hal penting sampai hal receh. Masih ingat sharing pertama kami adalah tentang komunikasi dan dapat referensi dari akun Youtube Strong From Home punya Kang Ulum dan Teh Febri, mengenai 6 tips berkomunikasi dengan pasangan. Dari situ kami banyak sekali belajar dan makin semangat cari-cari bekal ilmu sebelum nantinya hidup berdua. Mulai dari bagaimana cara walimah, hak dan kewajiban suami dan istri, bagaimana mengatasi konflik dan banyak hal mengenai bagaimana mengenal pasangan. Memang, semua itu hanya teori, praktiknya? Wallahua’lam apakah bisa sesuai dengan yang kami pelajari atau tidak. Tapi setidaknya, masing-masing dari kami sudah mengetahui jalan mana yang harus kami ambil jika terjadi sesuatu yang kurang baik.


Kembali ke visi dan misi. Kami dapat referensi dari Kang Ulum dan Teh Febri, 13 pertanyaan, kami diskusi sejujur-jujurnya sesuai pandangan kami masing-masing, kalau ada yang berbeda ya didiskusikan solusinya seperti apa. Mulai dari makna kekayaan, pengeluaran perbulan, ada tanggungan atau engga, sampai kita punya hutang atau tidak. Intinya kita harus terbuka, harus jujur sama pasangan, sehingga tidak akan memicu konflik. Selain menyamakan visi misi, kami selalu berdiskusi ketika ada suatu kasus dalam kegiatan sehari-hari. Dari situ kita bisa tahu pandangan dari masing-masing pasangan terhadap kasus tersebut dan tentu pandangan dalam menyelesaikan konfliknya seperti apa.


Keuangan pra nikah. Ini kami bahas bersamaan dengan visi misi, seperti apa nanti kami menabung, bagaimana mengatur arus kas, berapa nilai pengeluaran dan pemasukan. Detail, sedetail mungkin dan harus keluar angka, agar masing-masing pasangan bisa tahu bagaimana nanti mengatur keuangan.  Gengsi bahas uang? Pasti. Apalagi kami belum lama kenal dan saya harus bahas pendapatan saya berapa, gimana cara saya ngatur keuangan, salah sedikit malu kan, gengsi, takut ada pemikiran “oh segitu” dan bisa bahaya kalau lebih besar pendapatan calon, walaa bisa turun derajat sebagai pria sejati kan. Sedikit tips dari saya, sing penting komunikasi bosku. Sebelum kami bahas ini, saya bilang kalau saya akan jujur sejujur-jujurnya, maaf kalau misal ternyata keluar angka yang jauh diluar ekspektasi penulis, baik itu tabungan maupun pendapatan. Alhamdulillah penulis bisa nerimo. Nah ini pentingnya bahas visi misi di awal, kita bisa tau pandangan pasangan kita mengenai kekayaan, kalau misalkan tidak sama kan masih bisa didiskusikan sebelum kita sebut angka nominal pendapatan kita.


Budgeting. Setelah sensitif bahas keuangan, penghasilan, hutang, ini tidak kalah pentingnya. Berapa nominal budget yang mau kita keluarkan untuk acara akad dan walimahan. Seberapa ikhlas biaya yang mau kita keluarkan untuk perayaan yang bisa dibilang kurang dari 12 jam. Memang, kita sebagai pasangan anak muda (ciee muda banget nih?) kita pasti ingin yang sederhana saja, yang penting khidmat, keluarga dan teman dekat saja yang hadir. Tapi ingat Esmeralda, acara akad dan walimahan ini bukan hanya acara aku dan kamu, tapi acara keluarga aku dan keluarga kamu, jadi berdiskusilah dengan keluarga, salah salah penyampaian bisa sensitif. Akan ada banyak saran yang mungkin bisa membuat kamu bingung, tapi selama kamu bisa mengkomunikasikannya semua akan baik-baik saja. Kami sepakat, selama itu tidak melanggar syariat dan selama tujuannya ingin menyenangkan orang tua, ya ga masalah. Tapi tetap sebelum bahas ini, yang penting adalah ilmu, jangan sampai kita pengen A pengen B, tapi kita gatau makna dari acara tersebut itu apa.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Alhamdulillah, saya kenal penulis belum lama, belum kenal sepenuhnya, tapi dalam beberapa hal kami selalu sepakat, melalui diskusi yang sangat cepat. Kami ga pernah menyangka sudah jalan sejauh ini dengan orang yang bisa dibilang “bukan kita banget”. Penulis lebih kalem dan pemalu, saya ga ada kalem-kalemnya dan cenderung gatau malu. Penulis sulit dekat dengan orang baru, saya ketemu sama orang baru kenal 2 menit aja berasa kenal udah 2 tahun. Selain itu juga banyak sekali perbedaan kami, Alhamdulillah Allah condongkan hati kami, Allah lembutkan hati kami, sehingga setiap kami merasakan perbedaan, masing-masing dari kami tidak pernah mempermasalahkan, bahkan lebih cenderung menerima. Salah satu hal yang mungkin bisa membuat kami seperti ini adalah ilmu. Kami sering berbagi link youtube yang membahas banyak hal, mulai dari cara mengenal pasangan, cara komunikasi yang benar dengan pasangan, menyikapi perbedaan, kajian-kajian baik mengenai membangun rumah tangga yang sesuai sunnah maupun mengenai ilmu-ilmu agama yang lain. Selama tujuannya sama, perbedaan sebesar apapun, insyaaAllah bisa kami hadapi. Hal ini membuat kami mulai belajar, menyamakan langkah, menyelaraskan pikiran sehingga kami berdua bisa menentukan dan melangkah searah, agar selalu beriringan bersama-sama hingga ke surgaNya.


Kami juga sering berbagi buku, kenapa harus buku? Karena kita bisa melihat sudut pandang dari pembaca. Mulai dari menentukan arah, sabtu bersama bapak, melangkah searah. Setelah kami membaca buku, akan muncul godaan-godaan keraguan dari syaitan. “wah ternyata menikah itu seperti ini ya” “saya sanggup ga ya menafkahi istri saya nanti” “sanggup ga ya jadi imam yang baik, jadi teladan  yang baik untuk keluarga”. Tapi tenang Ferguso, godaan-godaan itu akan membuat kamu semakin kuat, karena dengan munculnya godaan itu kamu akan semakin sering membaca buku, cari-cari referensi menjadi suami yang baik itu seperti apa, jadi bukannya malah jadi down, tapi akan membuat kamu semakin kuat dan siap untuk menjadi suami serta imam yang baik untuk keluarga. Tipsnya adalah, jangan pernah baca buku atau artikel yang membuat ekspektasi kamu terhadap pasangan melambung tinggi. Misal, laki-laki baca artikel mengenai istri terbaik, istri sholehah, kewajiban istri tapi ga baca hak nya istri, begitupun sebaliknya, jangan pernah ya. Cukup perbaiki dirimu sendiri, karena istri kamu nanti bukan bidadari yang penuh dengan kesempurnaan, dan suami kamu nanti bukan malaikat yang hebat. Luaskan sabarmu, kuatkan pribadimu, karena yang akan terjadi di depan nanti bukanlah 1 atau 2 tahun, seumur hidup kamu akan selalu dengan pasangan yang telah kamu pilih. Mengenalnya adalah seumur hidup, bersamanya sehidup semati, hingga bertemu disurgaNya aamiin allahumma aamiin.


Intinya kembali ke niat. Niatkan untuk ibadah, ikhlas untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Persiapan akad dan walimah ini engga mudah, tapi masih bisa teman-teman lewati. Jangan takut, cukup yakin, lembutkan hati, dan perbanyak doa, agar Allah senantiasa memampukan, menguatkan. Kalau kata penulis “libatkan Allah terus dalam setiap prosesnya”. Dan ingatlah pernikahan adalah Mitsaqan Ghalidza, perjanjian yang amat kokoh (QS An-Nisa ayat 21), jemputlah dia dengan cara yang baik, cara yang Allah cintai. Jaga dia, rawatlah cintanya semata-mata untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mohon doanya, semoga Allah senantiasa memampukan kami, menguatkan kami dalam merawat cinta ini. Semoga masing-masing dari kami bisa menjadi qurrata a’yun bagi keluarga kami. Semoga Allah memberkahi kami dalam keadaan bahagia maupun susah dan mengumpulkan kami dalam kebaikan. Aamiin allahumma aamiin.


Bismillaahirrahmaanirrahiim, semoga niatan teman-teman yang akan menikah, Allah mampukan Allah kuatkan aamiin allahumma aamiin. Semangaaat!


Deikha Pramudia Dwipoetra
Minggu, 19 Mei 2019
09.17

You May Also Like

2 comments

  1. Hallooooo aku pembaca setia bloh nida, sejak hujan rintik rintik wkwkwk

    ReplyDelete
  2. Hallooooo aku pembaca setia bloh nida, sejak hujan rintik rintik wkwkwk

    ReplyDelete