Menuju Akad dan Walimatul 'Ursy - Deikha's Vers.
Hai para pembaca setia blognya
nida (p e m b a c a) haha. Perkenalkan saya Deikha. Tulisan ini disusun 19 Mei
2019 (H-48 menuju akad nikah dengan
pemilik blog ini, insyaaAllah aamiin allahumma aamiin). Dan baru terbit setelah
kami halal. *Re: (penulis = pemilik blog ini = calon istri)
Seperti postingan sebelumnya
penulis sharing pengalaman mengenai
persiapan menuju pernikahan. Jadi sebelum postingan itu terbit, penulis meminta izin unuk berbagi persiapan ini di blog miliknya. Eh terus penulis menawarkan saya untuk berbagi juga di blog
nya. Baiklah, dengan senang hati saya juga akan berbagi persiapan menuju
pernikahan dari persepsi laki-laki. Tapi omat yaa, niatnya sharing berbagi pengalaman, jangan baper ataupun hasad. Semoga
tulisan ini bisa membantu teman-teman yang akan atau berniat untuk menikah.
Markimul, mari kita mulai.
Hari Jum’at, hari pertama saya
ketemu penulis. Jadi singkat cerita kami bertemu di kantor tempat saya bekerja
dan penulis PKL di tempat saya, meskipun beda department. Hari itu seperti biasa kami ada senam singkat seluruh deparment, kalau ada orang baru, sudah
otomatis akan diminta mengenalkan dirinya di hadapan puluhan orang. Termasuk
penulis. Daan ternyata satu almamater di politeknik haha. Kami bertemu hanya
berpapasan dan ngobrol seperlunya tapi sebagai kakak tingkat yang baik, wajib dong menanyakan kabar dan membantu adik
kelasnya. Jadi kalau ketemu yang ditanya adalah “gimana pklnya betah” “pkl
sampai kapan, ada kesulitan ga”, ya pokoknya ngobrol seputar pkl, kuliah dan
pekerjaan. Sampai akhirnya penulis selesai PKL nya dan ga ketemu lagi….
Entah kenapa jadi kepikiran,
akhirnya setelah sempet follow di Instagram
sejak penulis pkl, H+3 lebaran penulis bikin survey gitu, ngasih pertanyaan
beli buku online yang bagus dimana,
kemudian saya jawab dan kami berlanjut ngobrol-ngobrol di direct message IG. Singkat cerita saya cerita ke mama kalau ada
perempuan baik yang ingin saya nikahi, setelah cerita mama pun kaget. Belum
kenal, ngobrol pun jarang, mau ngajak nikah. Apa ga kaget nanti perempuannya?
Haha. Akhirnya mama minta saya untuk mengenal dulu perempuan dan keluarganya.
Ko bisa saya seyakin itu sama penulis? Waktu PKL, kita selalu papasan di mushola.
Buat saya, selama seseorang bisa sholat tepat pada waktunya, itu sudah
menunjukan ketaatannya sama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Tapi … ko bisa
seyakin itu hanya karena lihat sholat tepat waktu? Kalau kita bisa yakin dan
percaya kalau dia baik, insyaaAllah dia akan baik, terlepas jika dalam waktunya
ternyata dia punya kebiasaan yang kurang baik, kita akan menerima pilihan itu.
Sampai akhirnya saya putuskan
untuk istikharah dan menyampaikan niat baik saya sesegera mungkin. Dengan
segenap tenaga dan keberanian saya sampaikan melalui direct message di instagram, cemen
bet ya haha. Takut? Pasti. Tapi kalau ga disampaikan sesegera mungkin,
takutnya malah jadi beda persepsi, dan malah jadi abang-abang gombal kan bahaya.
Sabtu Shubuh, 18 Agustus 2018 akhirnya saya sampaikan niat baik ke penulis.
Bermodalkan laa haula walaa quwwata illa
billah, saya pasrahkan apapun jawabannya. Sampai kurang lebih 2 minggu
penulis ngasih jawabannya dan minta ke rumah untuk ketemu orang tua. Pertanyaan
yang sama, takut? Pasti. Entah apa yang mau diobrolin, apa yang mau ditanya
sama orang tuanya, takut tiba-tiba salah jawab. Sepanjang jalan menuju rumah
terus dzikir, minta dimudahkan lisannya sama Allah. Sempet dapet pesan dari
teman dekat saya “jadi diri sendiri aja, jangan dilebih-lebihkan jangan
dikurang-kurangkan, nanti kamu sendiri yang akan pusing”. Alhamdulillah
pertemuan berjalan lancar. Setelah itu ikut wisuda penulis, ketemu keluarga
besarnya, sampai saya ajak mama ketemu penulis dan keluarganya. Kemudian kami
memutuskan untuk khitbah di 16 Desember 2018.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebelum khitbah, kami sepakat
untuk diskusi mengenai visi misi, keuangan pra nikah, dan budgeting
untuk akad dan walimah. Ko ribet ya mesti diskusi segala?
Nikah ya nikah aja kan, untuk apa visi misi? Untuk apa keuangan pra nikah?
Bukannya cukup dengan “uang istri adalah uang istri, uang suami adalah uang
istri”?
Itulah pentingnya ilmu
teman-teman. Alhamdulillah dari awal kami sepakat dalam banyak hal, kami selalu
sharing dari hal penting sampai hal
receh. Masih ingat sharing pertama
kami adalah tentang komunikasi dan dapat referensi dari akun Youtube Strong
From Home punya Kang Ulum dan Teh Febri, mengenai 6 tips berkomunikasi
dengan pasangan. Dari situ kami banyak sekali belajar dan makin semangat
cari-cari bekal ilmu sebelum nantinya hidup berdua. Mulai dari bagaimana cara walimah,
hak dan kewajiban suami dan istri, bagaimana mengatasi konflik dan banyak hal
mengenai bagaimana mengenal pasangan. Memang, semua itu hanya teori, praktiknya?
Wallahua’lam apakah bisa sesuai dengan yang kami pelajari atau tidak. Tapi
setidaknya, masing-masing dari kami sudah mengetahui jalan mana yang harus kami
ambil jika terjadi sesuatu yang kurang baik.
Kembali ke visi dan misi. Kami dapat referensi dari Kang Ulum dan Teh Febri,
13 pertanyaan, kami diskusi sejujur-jujurnya sesuai pandangan kami masing-masing,
kalau ada yang berbeda ya didiskusikan solusinya seperti apa. Mulai dari makna
kekayaan, pengeluaran perbulan, ada tanggungan atau engga, sampai kita punya
hutang atau tidak. Intinya kita harus terbuka, harus jujur sama pasangan, sehingga
tidak akan memicu konflik. Selain menyamakan visi misi, kami selalu berdiskusi
ketika ada suatu kasus dalam kegiatan sehari-hari. Dari situ kita bisa tahu
pandangan dari masing-masing pasangan terhadap kasus tersebut dan tentu
pandangan dalam menyelesaikan konfliknya seperti apa.
Keuangan pra nikah. Ini kami bahas bersamaan dengan visi misi,
seperti apa nanti kami menabung, bagaimana mengatur arus kas, berapa nilai
pengeluaran dan pemasukan. Detail, sedetail mungkin dan harus keluar angka,
agar masing-masing pasangan bisa tahu bagaimana nanti mengatur keuangan. Gengsi bahas uang? Pasti. Apalagi kami belum
lama kenal dan saya harus bahas pendapatan saya berapa, gimana cara saya ngatur
keuangan, salah sedikit malu kan, gengsi, takut ada pemikiran “oh segitu” dan
bisa bahaya kalau lebih besar pendapatan calon, walaa bisa turun derajat
sebagai pria sejati kan. Sedikit tips dari saya, sing penting komunikasi bosku.
Sebelum kami bahas ini, saya bilang kalau saya akan jujur sejujur-jujurnya,
maaf kalau misal ternyata keluar angka yang jauh diluar ekspektasi penulis,
baik itu tabungan maupun pendapatan. Alhamdulillah penulis bisa nerimo. Nah ini pentingnya bahas visi
misi di awal, kita bisa tau pandangan pasangan kita mengenai kekayaan, kalau
misalkan tidak sama kan masih bisa didiskusikan sebelum kita sebut angka
nominal pendapatan kita.
Budgeting. Setelah sensitif bahas keuangan, penghasilan, hutang,
ini tidak kalah pentingnya. Berapa nominal budget
yang mau kita keluarkan untuk acara akad dan walimahan. Seberapa ikhlas biaya
yang mau kita keluarkan untuk perayaan yang bisa dibilang kurang dari 12 jam.
Memang, kita sebagai pasangan anak muda (ciee muda banget nih?) kita pasti
ingin yang sederhana saja, yang penting khidmat, keluarga dan teman dekat saja
yang hadir. Tapi ingat Esmeralda, acara akad dan walimahan ini bukan hanya
acara aku dan kamu, tapi acara keluarga aku dan keluarga kamu, jadi
berdiskusilah dengan keluarga, salah salah penyampaian bisa sensitif. Akan ada
banyak saran yang mungkin bisa membuat kamu bingung, tapi selama kamu bisa
mengkomunikasikannya semua akan baik-baik saja. Kami sepakat, selama itu tidak
melanggar syariat dan selama tujuannya ingin menyenangkan orang tua, ya ga
masalah. Tapi tetap sebelum bahas ini, yang penting adalah ilmu, jangan sampai
kita pengen A pengen B, tapi kita gatau makna dari acara tersebut itu apa.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Alhamdulillah, saya kenal penulis
belum lama, belum kenal sepenuhnya, tapi dalam beberapa hal kami selalu
sepakat, melalui diskusi yang sangat cepat. Kami ga pernah menyangka sudah
jalan sejauh ini dengan orang yang bisa dibilang “bukan kita banget”. Penulis
lebih kalem dan pemalu, saya ga ada kalem-kalemnya dan cenderung gatau malu.
Penulis sulit dekat dengan orang baru, saya ketemu sama orang baru kenal 2
menit aja berasa kenal udah 2 tahun. Selain itu juga banyak sekali perbedaan
kami, Alhamdulillah Allah condongkan hati kami, Allah lembutkan hati kami,
sehingga setiap kami merasakan perbedaan, masing-masing dari kami tidak pernah
mempermasalahkan, bahkan lebih cenderung menerima. Salah satu hal yang mungkin
bisa membuat kami seperti ini adalah ilmu. Kami sering berbagi link youtube
yang membahas banyak hal, mulai dari cara mengenal pasangan, cara komunikasi
yang benar dengan pasangan, menyikapi perbedaan, kajian-kajian baik mengenai
membangun rumah tangga yang sesuai sunnah maupun mengenai ilmu-ilmu agama yang
lain. Selama tujuannya sama, perbedaan sebesar apapun, insyaaAllah bisa kami hadapi. Hal ini membuat kami mulai belajar, menyamakan langkah, menyelaraskan
pikiran sehingga kami berdua bisa menentukan dan melangkah searah, agar selalu beriringan
bersama-sama hingga ke surgaNya.
Kami juga sering berbagi buku,
kenapa harus buku? Karena kita bisa melihat sudut pandang dari pembaca. Mulai
dari menentukan arah, sabtu bersama bapak, melangkah searah. Setelah kami membaca buku, akan muncul godaan-godaan keraguan dari syaitan. “wah ternyata menikah itu seperti ini ya” “saya sanggup
ga ya menafkahi istri saya nanti” “sanggup ga ya jadi imam yang baik, jadi
teladan yang baik untuk keluarga”. Tapi
tenang Ferguso, godaan-godaan itu akan membuat kamu semakin kuat, karena dengan
munculnya godaan itu kamu akan semakin sering membaca buku, cari-cari referensi
menjadi suami yang baik itu seperti apa, jadi bukannya malah jadi down, tapi akan membuat kamu semakin
kuat dan siap untuk menjadi suami serta imam yang baik untuk keluarga. Tipsnya
adalah, jangan pernah baca buku atau artikel yang membuat ekspektasi kamu
terhadap pasangan melambung tinggi. Misal, laki-laki baca artikel mengenai
istri terbaik, istri sholehah, kewajiban istri tapi ga baca hak nya istri,
begitupun sebaliknya, jangan pernah ya. Cukup perbaiki dirimu sendiri, karena
istri kamu nanti bukan bidadari yang penuh dengan kesempurnaan, dan suami kamu
nanti bukan malaikat yang hebat. Luaskan sabarmu, kuatkan pribadimu, karena
yang akan terjadi di depan nanti bukanlah 1 atau 2 tahun, seumur hidup kamu
akan selalu dengan pasangan yang telah kamu pilih. Mengenalnya adalah seumur
hidup, bersamanya sehidup semati, hingga bertemu disurgaNya aamiin allahumma
aamiin.
Intinya kembali ke niat. Niatkan
untuk ibadah, ikhlas untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Persiapan akad dan
walimah ini engga mudah, tapi masih bisa teman-teman lewati. Jangan takut,
cukup yakin, lembutkan hati, dan perbanyak doa, agar Allah senantiasa
memampukan, menguatkan. Kalau kata penulis “libatkan Allah terus dalam setiap
prosesnya”. Dan ingatlah pernikahan adalah Mitsaqan Ghalidza, perjanjian yang
amat kokoh (QS An-Nisa ayat 21), jemputlah dia dengan cara yang baik, cara yang
Allah cintai. Jaga dia, rawatlah cintanya semata-mata untuk Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Mohon doanya, semoga Allah senantiasa memampukan kami, menguatkan kami
dalam merawat cinta ini. Semoga masing-masing dari kami bisa menjadi qurrata
a’yun bagi keluarga kami. Semoga Allah memberkahi kami dalam keadaan bahagia
maupun susah dan mengumpulkan kami dalam kebaikan. Aamiin allahumma aamiin.
Bismillaahirrahmaanirrahiim, semoga
niatan teman-teman yang akan menikah, Allah mampukan Allah kuatkan aamiin
allahumma aamiin. Semangaaat!
Deikha Pramudia Dwipoetra
Minggu, 19 Mei 2019
09.17
2 comments
Hallooooo aku pembaca setia bloh nida, sejak hujan rintik rintik wkwkwk
ReplyDeleteHallooooo aku pembaca setia bloh nida, sejak hujan rintik rintik wkwkwk
ReplyDelete