Menuju Akad dan Walimatul 'Ursy- Nida's Vers.

by - 7:18 PM



Assalamu'alaikum.

Tulisan kali ini kayaknya ngga akan sekaku tulisan-tulisan sebelumnya hehe.
Di tulisan ini, saya mau sharing pengalaman selama menjalani proses persiapan menuju pernikahan. Semoga temen-temen bisa ambil yang baik-baiknya dari tulisan ini dan niat saya bukan untuk manas-manasin buat cepat-cepat nikah tanpa persiapan ilmu dan lainnya atau bikin orang hasad 😂 tapi....mau ngasih tau kalau jalan menuju ke sana itu banyak tantangan dan ujian yang benar-benar mendewasakan diri. Bukan berarti mau nakut-nakutin soal nikah juga, tapi ini jadi buat kita mikir daleeem bangeet kalau persiapan menuju pernikahan bukan hanya soal kecenderungan perasaan tapi soal kesiapan mental dan kesiapan lainnya juga (ilmu, fisik, sosial, dan financial)

18 Agustus 2018, muncul sebuah direct message di Instagram yang kurang lebih pernyataannya "aku punya niat baik untuk mengkhitbah nida". Siapa yang ngga kaget ketika dihadapkan di situasi kayak gitu? Eh ini beneran? Bercanda kali, Eh kok tiba-tiba udah cerita ke orangtuanya, Eh kok udah istikharah juga. Kaget, lemes, dan percaya ngga percaya karena kita ngga pernah ketemu lagi sehabis saya selesai PKL, tiba-tiba udah bilang gitu aja. PKL? Ya! Kita satu almamater kampus tapi ketemunya di tempat PKL 😅 Yha.. pada intinya ada seseorang yang betul-betul berniat baik untuk mengkhitbah saya kemudian langsung nanya "kapan bisa ke rumah?". Makin deg! lah saya.....
Pertemuan itu terjadi, Ibuk, Ayah, saya, beliau dan mamanya beliau. Sampai pada akhirnya prosesnya mengalir begitu aja, Alhamdulillahirabbil'alamin, Allah begitu baik sekali sama saya, bisa buat saya sampai ada di titik yang sekarang.
Baik, sampai akhirnya khitbah di 16 Desember 2018. Haa! Anak bawang yang baru lulus kuliah dan baru kerja 1 bulan tiba-tiba udah ada yang khitbah terus mau nikah. Mau tau rasanya gimana? Campur aduk, dibilang bahagia iya, takut iya, bingung iya, udah macem-macem pokoknya ngga bisa saya jelaskan perasaannya gimana. Cuma bisa bersyukur, mengulang-ulang "Alhamdulillah 'alladzi bini'matihi tatimushshalihaat".

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Sebelum khitbah, saya dan calon diskusi buat visi misi, keuangan pra nikah, budgeting untuk akad dan walimah, harus se-terbuka mungkin, karena menurut kita ini wajib! biar sama-sama enak aja ke depannya.

Yang pertama visi dan misi. Ini penting didiskusikan, apa yang mau kita capai dalam pernikahan harus satu pandangan. Jangan sampai kita berorientasi sama akhirat tapi pasangan orientasinya sama dunia atau hal-hal lain. Kan jadinya nanti ngga sejalan. Soal misi, cara untuk mencapainya macam-macam, disesuaikan dengan tujuan dan kemampuan kita dan pasangan. Sepakati setiap misinya dengan pasangan, kalau keberatan harus bilang karena nanti ngejalaninnya bisa jadi terpaksa. Naudzubillah min dzalik.

Keuangan Pra nikah. Ini sama pentingnya, saya dan calon mendapat 13 pertanyaan mengenai keterbukaan financial yang nantinya bisa saling tanya jawab. Jawabannya otentuu harus jujur dan terbuka. Kuncinya jujur. Financial itu hal yang sangat sensitif, tapi menyikapinya harus dengan pikiran yang jernih dan ngga boleh memasang ekspektasi tinggi, biasa aja, kalem. Pasang mindsetnya harus tenang dan happy. Biar apapun jawabannya, kita bisa terima. Nah 13 pertanyaan itu, kita dapat dari website milik suami teh Febrianti Almeera. Kalau yang mau download ke 13 pertanyaan itu, bisa klik di sini. That's very helpfull! Tips dari saya (halah udah macam expert aja 😂),  jawab ke 13 pertanyaan itu di kertas atau notebook masing-masing, sejujur-jujurnya, kemudian bisa dijawab satu per satu secara bergantian ketika diskusi sama calon. Kalau saya dan calon udah ditulis lebih dulu jawabannya dari jauh-jauh hari jadi ketika diskusi langsung jawab pertanyaannya. Kalau ada hal yang kurang sreg atau masih penasaran, bisa ditanyakan pada saat itu juga jadi ngga ada kecurigaan atau hal-hal yang ngga beres di pikiran kita. Nah selain itu, ambil satu kesimpulan kalau ada jawaban yang sifatnya opini, disetujui bersama. Kalau saya dan calon, di akhir diskusi selalu membuat kesimpulan dan me-review hal-hal yang udah dibahas.

Budgeting. Hehehe ini pasti paling sensitif sekali buat dibahas kan? Tapi harus didiskusikan juga, malah wajib! Semuanya berawal dari sini untuk pelaksanaan akad dan walimah. Diskusikan soal budgeting dengan orangtua juga untuk meminimalisir hal-hal yang kadang jadi miss. Dari budgeting ini, kalau saya dan calon secara pribadi ngga ngotot-ngototan harus mengeluarkan di angka sekian sekian, tapi win win solution. Diskusikan baik-baik dan tanpa emosi, kalau ada kendala cari solusi bersama. Katanya harus fokus ke solusi. Gitu...
Oh iya! Siapa yang mempersiapkan vendor, dll nya? Calon dan saya. Kita berbagi tugas, kadang dikerjakan sama-sama, soal pemilihan wedding organizer, undangan, souvenir, dan lain-lainnya. Alhamdulillah Allah mampukan dan kuatkan sampai saat ini. Bukan berarti karena kita yang mempersiapkan ini itunya, orangtua jadi ngga tau progressnya, ngga begitu. Saya dan calon biasanya lapor progress persiapan akad dan walimah ke orangtua masing-masing. Di sini pun ada tantangannya, cara mengomunikasikannya kepada orangtua. Ngga jarang berbeda pendapat, saling keukeuh ngga mau ngalah tapi selalu diingatkan lagi ngga boleh keukeuh begitu, nanti orangtua semakin menolak apa yang kita sampaikan. Solusinya sampaikan setenang mungkin, berdo'a minta pertolongan Allah agar lisan juga hati kita dan orangtua dilembutkan. Ya ngga ada yang ngga mungkin jika dengan do'a. Alhamdulillah semakin sini pandangan orangtua hampir sama, meskipun ngga 100% sama.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Oh iya, untuk teman-teman yang mau ta'aruf, ketiga poin di atas bisa dicantumkan di CV karena saya dan calon secara pribadi ngga lewat ta'aruf dengan tukar CV, jadi beliau langsung menemui orangtua saya dan dari sanalah perkenalan diri tentang beliau dan saya. 
Alhamdulillah sejauh ini ngga ada kendala internal yang sangat sensitif, seringkali satu pemikiran dari berbagai hal. Namun, kendala eksternal selalu ada. Selalu. Iya. Alhamdulillah 'ala kulli hal, sejauh ini banyak "hal-hal" yang menjadi tantangan bagi kita yang membuat diri masing-masing menjadi semakin kuat. 

Tantangan dari eksternal ini luar biasa, jadi ketika saya dan calon ada di satu titik pemikiran yang sama, terkadang dari pihak lain ada yang menginginkan sesuatu yang lain, husnudzan nya perhatian sama saya dan calon. Contoh nih ya ketika menghilangkan adat sunda, lempar bunga, dan lainnya, hal-hal itu dianggap ngga seperti walimah yang lain, ngga akan meriah, katanya. Tinggal bagaimana diri sendiri dan pasangan ambil tindakan, tentunya harus diskusi juga dengan orangtua. Kuncinya minta terus sama Allah biar hati kita dan hati orang-orang di sekitar kita dilembutkan karena dengan ngotot-ngototan ngga akan menyelesaikan kendala yang lagi dihadapi.

Selain itu, ada kekhawatiran kalau orang lain hasad dengan proses persiapan nikah yang sedang kita jalani. Padahal saya dan calon sepakat, mengerem diri untuk ngga update soal persiapan ini, ya karena itu takut timbulnya hasad dan 'ain. Jadi simpan baik-baik kebahagian yang sedang dirasakan. Serapat mungkin, bukan karena ngga mau berbagi kebahagiaan tapi tunggu sampai waktunya tiba ketika semuanya sudah jelas dan halal. Catatan juga, mengumumkan soal pernikahan itu harus karena khawatir jadi fitnah. Sebaliknya dengan khitbah. 

Ada satu lagi yang paling-paling menguras pikiran, ragu sama diri sendiri. Takut ngga bisa jadi istri/ suami yang baik, takut ngga bisa menjalani peran baru sebagai istri/ suami, takut ngga bisa taat. Hal semacam itu pasti muncul. Cara menghilangkan keraguan-keraguannya dengan memperbanyak ilmu, baca buku pernikahan atau seringnya saya berdo'a lamaaaa sekaliii sampai ngantuk terus ragunya hilang. Mau sampai nangis pun silahkan, yang penting keraguan-keraguan dalam diri hilang. Katanya segala sesuatunya itu pasti bisa, asal yakin. Y a k i n dan t a w a  k a l.

Sepanjang persiapan ini, akan ada saatnya diri sendiri menjadi kuat sekali karena Allah yang kuatkan, saling menguatkan dengan do'a dan support yang ngga terhitung lagi dari calon. Saling menguatkan itu memang paling tepat selain saling memahami dan melengkapi. Saya menulis ini ketika H-57 dari tanggal akad dan walimah. Perasaan takut yang tiba-tiba datang masih ada, perasaan sedih karena nanti ngga bisa ketemu orangtua setiap hari akan muncul di hari-hari yang semakin dekat ini, perasaan bahagia juga tentu ada tapi lebih tepatnya rasa deg-degan 😂 

Kadang muncul pertanyaan-pertanyaan semacam "eh beneran nanti serumah sama orang yang baru nida kenal?" "eh beneran nanti tiap bangun tidur di sampingnya ada orang baru, suami nih beneran?" dipikir-pikir kenapa jadi kelewat panik, pokoknya pasang mindset tetap tenang, paniknya harus hilang. Biasanya saya suka inhale exhale tiap muncul panik semacam itu terus bilang ke diri sendiri "niatkan ibadah dan karena Allah, karena Allah". 


Intinya dari semua hal yang terjadi di masa persiapan akad dan walimah ini membuat kita belajar untuk jadi pribadi yang kuat, saling menguatkan, dan menggantungkan segala sesuatunya sama Allah. Selama niat menikahnya karena Allah dan untuk ibadah, InsyaaAllah dikasih kekuatan dan dimampukan sama Allah aamiin allahumma aamiin.

Untuk yang sedang mempersiapkan pernikahan, semangattt dan banyak-banyak berdo'a dan sering-sering evaluasi diri. InsyaaAllah selama niatnya baik dan dijemput dengan cara yang baik, Allah mampukan dan kuatkan aamiin. 







Sabtu, 11 Mei 2019
02.44 p.m
Di atas meja kerja 








You May Also Like

0 comments