Assalamualaikum.
Alhamdulillah ‘ala kulli hal, lagi banyak diberi nikmat waktu kosong, bisa bangun
lebih shubuh, bisa menyeruput susu atau teh hangat dengan lebih tenang tanpa
takut kesiangan untuk pergi kuliah, durasi obrolan pagi yang lebih lama dengan
ibuk ayah, dan masih banyak aktivitas yang dilakukan tanpa terburu-buru seperti
dikejar waktu. Hanya satu, waktu berjalan lebih cepat dari sebelum-sebelumnya. Anak
rumahan, lebih tepatnya anak kamaran (?) yang jarang sekali keluar rumah,
kadang-kadang kaget liat jarum jam sudah ada di angka 3 atau 4 sore. Tepat seperti sore tadi saat membaca
salah satu buku ditemani “Adhitia Sofyan”. Kemudian jadi ingat suatu topik diskusi
dengan salah satu teman saat-saat menuju sidang Tugas Akhir mengenai pertemuan
dan perpisahan. Iya..semuanya soal waktu. Setiap orang memiliki zona waktunya
masing-masing khususnya soal kedua hal itu, kapan seseorang bertemu dan
berpisah dengan sosok yang sekarang menjadi sahabatnya, pasangannya, atau teman-temannya.
Jadi... ketika menuju
sidang Tugas Akhir, seingat saya H-1 bulan, saya ngerasa waktu perpisahan sama
teman-teman itu semakin dekat dan jadi melow
sekali ngga seperti biasanya. Akhirnya hal itu membuat saya butuh seseorang untuk deep talk
dan satu-satunya orang yang interest soal
ini adalah Santi (San, makasih sudah menjadi satu-satunya orang yang ada pada
saat itu dan kamu..... eksis di blog aku nih sekarang). Katanya pertemuan dan
perpisahan itu hal yang pasti terjadi. Iya iya...tapi diri sendiri belum siap
menghadapi soal perpisahan pada saat itu. Yha..mungkin “apasih lebay”, tapi
betulan perasaan semacam itu tuh terjadi. Ngga mau sampai pisah dengan
teman-teman yang selama 4 tahun bareng-bareng dan mungkin mereka bisa disebut “second home”, malah intensitas
bertemunya lebih sering dibanding dengan keluarga masing-masing.
Setelah deep talk yang berkualitas dan singkat itu, saya ngambil kesimpulan
kalau setiap orang yang ada di hidup kita itu semuanya lewat aja dan punya
waktunya masing-masing untuk lewat, ada yang sebentar ada yang lama. Iya
semuanya sekadar lewat, ngga ada yang berdiam diri karena waktu pun berjalan,
ngga pernah berhenti. Kecuali ketika Allah “memberhentikan” waktu untuk
kembali. Namun sekadar lewat pun pasti memberikan pelajaran
yang berartti. Tujuannya apa? Biar diri jadi pribadi yang
kuat dan selalu mengambil hikmah atas setiap kejadian. Jadi soal perpisahan ini bukan
mempertanyakan tentang siapa yang meninggalkan terlebih dulu, tapi semuanya sama-sama
berjalan, pergi dari satu checkpoint ke
checkpoint selanjutnya sampai batas
waktu yang Allah beri. Mulai saat itu, ngga boleh ada kata-kata “kalian/ kamu
kenapa pergi ninggalin aku”, ngga boleh, karena semuanya pergi untuk “pulang”. Semoga Allah izinkan untuk bertemu dan berkumpul kembali bersama orang-orang yang kita sayangi di tempat yang diimpikan banyak orang, Surganya Allah. Aamiin.
Untuk....diri
sendiri
Di
atas tempat favorit (lagi)
19.22