Penerimaan

by - 9:23 PM

Assalamu'alaikum.
     Sebenarnya ragu nulis soal topik ini, khawatir jadi opini yang merasa sok benar. Setelah dipertimbangkan lagi akhirnya diputuskan untuk nulis aja karena menarik juga topiknya (bagi saya).
Awalnya ini sekadar curhat seorang teman yang berujung diskusi dan jadi kepikiran juga ujungnya. Kalau dilihat dari definisi menurut KBBI, penerimaan adalah proses, cara, perbuatan menerima, penyambutan. Terus ada apa sih dengan penerimaan? Sebenarnya bisa bahas banyak soal ini, tapi salah satu hal yang menarik dari cerita dan diskusi kemarin kemarin adalah penerimaan seseorang dan keluarganya. Penerimaan soal ini bisa dianggap ngga mudah tapi ngga sulit juga. Penerimaan dianggap ngga mudah kalau ekspektasinya ternyata lebih tinggi dari kenyataan. Ekspektasinya terlalu tinggi, banyak maunya, ingin seperti ini ingin seperti itu. Ekspektasi juga perlu realistis tapi ya harus benar-benar dipikir ulang jangan sampai berharap berlebihan  Padahal kalau ekspektasinya ngga tinggi, penerimaan atas kenyataannya jadi lebih mudah dan lebih ikhlas karena ekspektasinya ngga muluk-muluk. Saya menemukan hal yang jadi titik fokusnya, jangan menaruh ekspektasi yang berlebihan.
       Oke balik lagi ke penerimaan seseorang dan keluarganya. Dilihat dari definisinya, penerimaan adalah proses, jadi ngga mungkin tiba-tiba cling! langsung menerima. Sebisa mungkin belajar menerima diri sendiri dulu, menerima keluarga sendiri apa adanya. Setelahnya, soal bagaimana agar bisa menerima seseorang dan keluarganya. Tentunya pasti ada beberapa hal yang kurang kita suka atau bahkan merasa "eh kok gitu?". Nah ini poin menarik yang dibahas dari ceritanya, merasa kaget karena kebiasaan keluarganya berbeda dengan kebiasaan keluarga orang tersebut. Jelas kalau kaget, karena latar belakangnya berbeda, cara kehidupan sehari-harinya pun ngga akan sama. Namun yang perlu diperhatikan, meskipun hal-hal tersebut berbeda dengan kebiasaan diri kita bahkan kita anggap kurang baik, bisa jadi disitulah peran kita untuk menerima apa adanya, minimal menerima dulu terlepas kalau nantinya ingin kita ubah kebiasaan itu, saking kurang baiknya kebiasaan tersebut. Standar baik memang relatif, kalau dirasa udah ngga bisa diubah kebiasaannya, ya cukup menerima apa adanya. Iya menerima apa adanya. Coba lihat lagi diri kita dan keluarga apakah sudah baik? Kalau belum dan merasa sulit menerima seseorang dan keluarganya, berarti ada yang salah pada diri kita. Cek terus diri sendiri. 
     Nulis begini karena pernah menjadi objeknya, katanya "Nid berarti bukan dia orangnya". Iya. memang. bukan. Kadang kita harus sering-sering menilai diri sendiri dulu, menerima diri sendiri dulu. Apa adanya. Yang jadi pertanyaannya (lagi), "Benarkah ada orang yang benar-benar menerima kita apa adanya?", Masgun bilang "BENAR". Jadi jangan khawatir soal itu. Sekian, semoga bermanfaat.




With love,
Nida


21.23 WIB
di atas tempat favorit



You May Also Like

0 comments